when my mind are exploded

Sunday, July 23, 2017

KELILING INDONESIA TANPA BERANJAK



Judul Buku                  : MERABA INDONESIA

Penulis                         : AHMAD YUNUS
Penerbit                        : Serambi
Cetakan                        : I
Tahun terbit                 : 2011
Jumlah Halaman          : 370
Jenis Buku                   : NonFiksi, Perjalanan

Indonesia dalam 5 tahun terakhir merupakan tempat paling indah yang harus dikunjungi. Bahkan banyak pihak yang menyebutkan bahwa Indonesia itu sendiri, yang merupakan negara maritim, yang terdiri dari kepulauan-kepulauan, dan sebagian besar bagian negara nya merupakan lautan adalah surga dunia yang semuanya serba ada. Tidak bisa dipungkiri, memang seperti itu adanya. Indonesia dengan keramahan rakyatnya. Indonesia dengan keberagaman suku. Indonesia dengan gugusan pulau-pulau bak surganya. Jadi memang benar pernyataan bahwa Indonesia adalah “Surga nya dunia” yang dapat kita jelajahi semasa sisa hidup kita.
Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi, lebih khusus nya adalah sosial media, merupakan senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk memperkenalkan keindahan-keindahan Indonesia. Silahkan lihat saja setiap posting yang dipasang di media Sosial Instagram, yang menjadikan foto menjadi objek yang dibagikan. Dengan hanya mengetikkan “#IndonesiaituIndah atau #WonderfullIndonesia” saja kita sudah disuguhkan dengan surga Indonesia melalui media digital. Pasti, keinginan untuk berkeliling ke seluruh penjuru Indonesia mewabahi setiap orang yang melihat foto yang dibagikan itu. Namun, muncul kendala-kendala yang akan ditemui, mulai dari keadaan geografis indonesia yang untuk sebagian daerah masih sulit untuk dijamah, sampai dengan hal yang yang sangat laten terpaksa memupuskan keinginan untuk menjelajah seluruh penjuru Indonesia, yakni adalah “UANG”. Sudah tentu, dengan memiliki uang, kita dapat menjelajahi seluruh penjuru Indonesia, tetapi untuk kaum yang sedang menabung, maka harapan itu untuk sementara cukup dipendam dalam buku catatan atau bahkan hanya dalam angan sambil melihat posting pada media sosial.

“Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat .....” Soe Hok Gie (1942-1969).
Mungkin kutipan tersebut dapat mengawali tulisan ini. Memang benar, keindahan Indonesia akan sangat terlihat apabila kita dapat mengenal rakyatnya dari dekat, serta bersentuhan langsung dengan kehidupan mereka.
Adalah dua orang wartawan “gila” bernama Ahmad Yunus dan Farid Gaban, yang dengan segala keterbatasan nya mencoba mengenal lebih dekat rakyat Indonesia melalui ekspedisi hanya dengan menggunakan dua buah motor. Dimulai sekitar tahun 2009, mereka berdua memulai langkah ekspedisi dari pusat Ibukota Jakarta. Hanya berawal dari gagasan ketika di warung kopi, yang pada akhirnya ide gila tersebut coba di realisasikan. Dan dari ekspedisi gila tersebut, lahirlah sebuah buku yang cukup renyah berjudul “Meraba Indonesia” yang terbit pada tahun 2011. Dalam sampulnya terpampang sebuah motor dengan segala atributnya yang digunakan dalam menjelajah Indonesia serta terdapat tulisan kecil disampingnya, yakni “mengenal lebih dekat, lebih rekat .... mencintai Indonesia apa adanya.” Buku setebal 370 halaman ini mengulas secara detil tentang bagaimana Ahmad Yunus dan Farid Gaban menjelajah Indonesia. Diawali dari bilangan monas, mereka berdua mempersiapkan armada motor yang akan digunakan menjelajah, lalu melanjutkan ke pelabuhan Merak banten. Perjalanan mahagila ini diawali dengan hal lucu ketika berangkat, yakni dengan melintasi jalan tol dengan menggunakan motor. Ini terjadi karena kurang telitinya mereka berdua melihat papan penunjuk jalan. Asal mendapatkan kata Pelabuhan Merak, mereka terjang jalan, yang pada akhirnya mereka harus bernegosiasi dengan polisi jalan tol. Menyebrang pelabuhan dengan menggunakan kapal penyebrangan, mereka berdua mengawali perjalanan menuju bagian barat pulau Sumatra.
Dengan menyempatkan membaca buku ini, kita seperti di ajak mengenal Indonesia seperti di depan mata kita. Ahmad Yunus dan Farid Gaban meminjamkan penglihatan mereka untuk kita bisa melihat Indonesia lebih dekat. Kita akan diajak untuk mengenal lebih dekat sejarah kependudukan Inggris pada masa penjajahan di pulau Sumatra ini. Seperti dengan mengenal kepulauan Mentawai yang ternyata merupakan kepulauan yang sangat kaya akan bahan penemuan yang mana pulau tersebut sudah dijadikan bahan penelitian oleh para antropolog bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Lalu, kita juga dituntun untuk berjalan-jalan mengunjungi Benteng Marldborough yang konon merupakan benteng terkuat pada saat itu. Juga, kita di ajak mengunjungi ke Kota Kelahiran Bapak Republik yang buah pemikiran nya kita kenal dengan NKRI ini. Betul, beliau adalah Tan Malaka, tokoh ini lahir di Pulau Sumatra, lebih tepatnya di Payakumbuh, Sumatra barat. Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh KotaSumatera Barat2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, KediriJawa Timur21 Februari 1949 pada umur 51 tahun) adalah seorang pembela kemerdekaan Indonesia yang berpihak pada golongan sayap kiri bersama dengan tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia, juga pendiri Partai Murba, dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Lebih lanjut, kita akan di ajak menyebrang ke kepulauan barat yang dulu sempat diguncang gempa, yakni kepulauan Nias. Lanjut sampai menuju titik nol kilometer Indonesia.
Buku ini sangat saya rekomendasikan kepada semua pembaca yang ingin mengenal Indonesia di depan mata kepala sendiri. Pengetahuan tentang Indonesia akan lebih mendalam melalui buku ini. Tidak hanya pengetahuan melalui media digital yang seringkali melenceng atau bahkan keliru. Dengan buku ini, kita akan dapat melihat sisi lain Indonesia, keindahan selain alamnya, tetapi juga kekayaan suku, bahasa dan segala adat istiadatnya. Dengan buku ini juga, kita akan di ajak terbang menuju pulau kalimantan, melihat betapa keringnya permukaan sungai kapuas ketika musim kemarau, menyebrang ke timur ke Pulau Sulawesi, sampai dengan bagian paling timur Indonesia yakni Papua, bahkan sampai di perbatasan Merauke. Terdapat beberapa potret foto yang disematkan dalam buku ini, sehingga kita akan melihat secara langsung seperti apa potret Indonesia melalui kamera milik Ahmad Yunus dan Farid Gaban. Buku ini menggunakan bahasa yang sangat mudah sekali dipahami, terkadang kita di ajak ketawa untuk menertawakan keadaan, serta di ajak untuk merenung tentang keadaan. Menurut saya, buku ini cocok untuk anda yang ingin merangkul, mencium, meraba Indonesia namun tanpa beranjak dari tempat anda sekarang. Kekurangan buku ini, mungkin karena sudah jarang kita temui di toko buku, jadi anda harus mencari nya dengan metoda “pesan dulu baru dicarikan”.

Monday, June 12, 2017

Dialog Antar Umat Beragama, Perlukah?

2:18:00 PM Posted by abdul No comments
Dalam kehidupan, mahluk sempurna membutuhkan sebuah pondasi keyakinan yang sangat kokoh. Dalam pondasi tersebut, tersemat nilai-nilai baik yang sebaiknya di lakukan, karena apabila tidak dilakukan, maka akan mendapat malapetaka. Seiring perkembangan sejarah, nilai-nilai luhur dari sebuah keyakinan turut berkembang. Banyak nilai-nilai yang berkembang dinamis atau berubah sesuai dengan sejarah dan zaman nya, ada pula nilai-nilai yang statis atau tidak berubah. Nilai yang dari dulu terbentuk sampai pada perkembangan sejarah masih tetap saja di yakini kebenarannya dengan kuat. Nila-nilai tersebut, pada umumnya dibungkus dalam kata Agama. Agama memberikan petunjuk kepada manusia sebagai mahluk yang sempurna, mana yang baik, dan mana yang tidak baik. Dalam perkembangan nya, muncul beberapa agama yang diyakini oleh manusia. Dalam setiap agama, terdapat nilai-nilai yang terkandung untuk menuntun manusia yang meyakini nya menuju jalan yang lebih baik. Seiring berjalan nya waktu, muncul nilai-nilai yang diteguhkan lagi, bahkan ditambahkan dalam hukum agama. Namun, nilai-nilai tersebut bersifat dinamis, karena tercipta berdasarkan keadaan serta zaman. Dalam menentukan nilai-nilai tersebut, muncul perdebatan antara pihak yang setuju dengan kandungan yang ada di dalamnya, dengan pihak yang menolak isi kandungan nilai tersebut. Hal ini sering kali menimbulkan perpecahan yang mengancam keharmonisan dalam kehidupan antar mahluk, terutama manusia. Untuk menghindari konflik tersebut, maka diperlukan adanya dialog antar pihak yang menghendaki pengesahan nilai tersebut. Dialog disini penting, karena untuk menuju tujuan bersama dan mengutamakan kedamaian. Namun, apabila semua pihak dengan kukuh mempetahankan dialognya tanpa memperhatikan toleransi, maka kedamaian kelak akan menjadi mahal. Dialog bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian tentang ajaran dan kehidupan.